Mengintip Proses Pembuatan Sei Sapi Khas NTT yang Sedang Naik Daun
Untuk kamu yang suka masakan tradisional berbahan daging, mungkin sei sapi bukanlah menu yang asing di lidah. Masakan populer Kupang yang aslinya berasal dari Pulau Rote ini kini tengah merupakan salah satu menu favorit di layanan pesan antar makanan. Penasaran dengan asal mula dan proses pembuatannya? Ikuti ceritanya berikut ini!
Apa itu sei?
Sei merupakan masakan tradisional provinsi Nusa Tenggara Timur berbahan daging yang diolah dengan metode pengasapan. Segala macam protein bisa digunakan untuk masakan ini, namun di dahulunya konon berasal dari daging rusa. Dikarenakan langka, maka daging ayam, sapi, babi, hingga ikan juga bisa digarap menjadi sei.
Tahun 2014 silam, restoran yang mempopulerkan sei pertama kali di luar Nusa Tenggara Timur berdiri di Bandung. Dari sinilah masakan istimewa ini mendapatkan banyak penggemar, termasuk saya tentunya. Bertahun-tahun hingga kini, sei sudah dapat ditemukan dengan mudah di berbagai kota besar khususnya di Pulau Jawa. Sensasi rasa dan aroma smokey-nya, daging yang empuk, dan paduan nikmatnya dengan sambal memang bikin nagih!
Proses pembuatan sei sapi
Pertama-tama daging sapi dipotong memanjang hingga sekitar 50 cm dengan ketebalan 3 cm. Dengan ukuran yang seragam seperti ini, setiap daging akan lebih mudah matang merata dengan cita rasa smokey yang mantap. Di NTT, daging sei dijual dalam bentuk potongan besar dan tidak diiris seperti halnya di pulau Jawa.
Selain itu syarat wajib daging yang dimasak sei adalah daging masih berwarna merah segar dan tidak berasal dari hewan yang berpenyakit. Setelah proses pemotongan, daging kemudian dibumbui dengan garam, garam nitrasi atau saltpeter, dan gula. Berlanjut dengan proses marinasi selama berjam-jam. Pembuat sei tradisional biasanya melakukan proses perendaman ini hingga selama 8 jam.
Sesudahnya daging kemudian digantung untuk proses menghilangkan kadar air dalamnya. Barulah proses memasak dengan metode pengasapan dilakukan. Biasanya yang menjadi media pengasapan adalah drum tanpa tutup yang diisi dengan arang. Lalu bagian atas drum diletakkan rak yang menjadi alas pengasapan daging.
Selama proses pengasapan, bagian atas daging diselimuti oleh ranting dan dedaunan rimbun dari pohon kusambi (Schleichera oleosa) – sebuah pohon yang hanya ditemukan di sub-kontinen India dan Asia Tenggara. Tujuan dari diselimutinya daging dengan daun kusambi adalah agar mempertahankan warna merahnya yang khas. Selama pengasapan, daging harus senantiasa dibolak balik agar kesemuanya matang secara merata.
Penyajian sei sapi
Setelah pengasapan selesai, sei sapi bisa diolah dengan berbagai macam cara. Paling simpelnya tentu bisa dinikmati langsung bersama nasi hangat atau nasi jagung. Berbagai masakan sei yang tengah populer di perkotaan biasanya dipadukan dengan macam-macam sambal. Ada pilihan sambal lu’at tradisional khas NTT, sambal matah yang selalu jadi favorit, serta macam-macam lainnya. Sebut saja misalnya sambal bawang, sambal ijo, hingga saus black pepper!
Tapi versi asli dari Pulau Rote berbeda dengan yang biasa kita temui di ibukota. Sei sapi dipotong tipis-tipis terlebih dahulu dan ditumis bersama bawang putih, bawang merah, tomat, cabai merah, garam, lalu kecap manis. Ya, tumisan daging manis pedas ini kemudian dinikmati bersama nasi putih.
Nah, paduan mana yang jadi favoritmu? Mau apapun yang dipilih, sei sapi adalah hidangan Nusantara yang patut dilestarikan karena keunikannya serta kelezatannya! Ingin tahu resep-resep lainnya yang bisa kamu coba, cek saja sate rembiga ataupun ayam taliwang khas Nusa Tenggara Barat!