Jangan Asal Beli, Cari Tahu Dulu Perbedaan Beras Premium dan Medium

Beras premium baru saja matang dan tengah disendok dari rice cooker.
Rian Farisa |
Favorit:
Sebarkan:

Beberapa waktu lalu pernah kita membahas soal perbedaan beras Pandan Wangi dan varietas lainnya. Nah, kali ini ada satu elemen lagi yang perlu kita ketahui soal beras. Apalagi kalau bukan soal mengetahui bedanya beras premium dan beras medium. Soal ini sebetulnya bukan sekadar harga saja, ada banyak faktor yang membedakan di antara dua kategori ini. Bahkan kategori medium saja ada pembagiannya lagi.

Bagi kamu yang sudah kenal dengan Masak Apa Hari Ini, bahasan kita biasanya tidak hanya sekadar resep atau pengetahuan umum saja. Ada hal-hal geeky yang menjadikan proses berkuliner semakin seru. Maka, nasi yang sehari-hari kita konsumsi jadi punya makna lebih. Ada banyak cerita di baliknya, dari jenisnya hingga kategorinya. Inilah yang akan menjadikan kita lebih mengapresiasi soal makanan.

Nah, tunggu apa lagi kalau begitu? Kita kupas yuk lebih mendalam soal beras premium dan medium!

Gabah tengah dikumpukan sebelum diolah.
Gabah yang diolah menjadi beras rata-rata memiliki kandungan gizi yang sama dewasa ini. (Foto: Shutterstock)

Beda utama antara beras premium dan medium

Karakteristik yang membedakan dua jenis beras ini sejatinya bukan soal kandungan nutrisi. Semua gabah yang diproses menjadi beras dari berbagai varietas, mulai dari IR 64, Ciherang, Mekongga, Inpari, dan lain-lain punya nilai gizi yang sama. Ada kandungan lemak hingga 0,6%, protein hingga 9%, dan karbohidrat hingga 85%.

Lantas apa saja yang menjadikan keduanya berbeda? Jawabannya ada pada tiga kategori ini – kualitas beras, keberadaan cemaran, dan derajat sosoh.

Dari segi kualitas, beras dilihat apakah ia utuh ataukah pecah. Lalu, untuk tingkat cemaran juga lebih rendah temuannya di beras premium. Keberadaan gabah, batu, dan kulit ari masih akan terlihat pada beras kualitas medium meski setelah disortir. Khusus untuk satu kategori lagi kita bahas lebih jauh berikut ini, ya!

Beras sebelum diolah diletakkan dalam mangkuk kayu.
Derajat sosoh pada beras mempengaruhi warnanya. (Foto: Shutterstock)

Derajat sosoh pada beras

Derajat sosoh sendiri adalah tingkat terlepasnya aleuron atau kulit ari yang melapisi biji beras. Maka, beras dengan derajat sosoh kurang dari 100% akan berwarna lebih gelap. Mengapa demikian? Ini dikarenakan masih terdapatnya lapisan kulit ari yang mengandung banyak gizi. Sehingga generasi terdahulu lebih menyukai beras dengan tipe seperti ini.

Ada syarat khusus pengkategorian beras antara premium dan medium yang didasarkan dari derajat sosoh ini. Kalau premium, maka derajat sosoh mencapai 100% dan kulit ari lepas seluruhnya. Sementara beras medium dibagi tiga jenis. Medium I memiliki derajat sosoh minimum 95%, medium II di 90%, dan medium III di 80%.

Soal citarasa

Penilaian enak tidaknya nasi biasanya didasarkan dari tekstur dan rasa. Soal tekstur aku sudah pernah menyebutkannya dulu di artikel terdahulu, intinya ada beras yang pulen dan ada beras yang pera. Nah, rupanya ini tergantung dari kadar amilosa, dimana beras pulen punya kandungan 17-25% sementara untuk beras pera di atas 25%.

Maka dari sinilah soal harga juga bisa kita simpulkan. Beras premium punya kisaran harga lebih tinggi dibandingkan beras medium. Karakteristik yang sudah kita bahas di atas dan pulennya nasi menjadi penentu tingginya harga beras premium. Siapapun akan tergiur dengan tampilannya yang putih bersih dan beraroma wangi setelah dimasak.

Namun, bukan berarti beras premium adalah yang harus dipilih. Semuanya bergantung pada selera serta berapa yang ingin kita anggarkan untuk nasi. Apalagi beras medium yang masih mengandung aleuron bisa menjadi alasan tersendiri yang melatari pemilihan kita. Setidaknya dari cerita hari ini, aku ingin berbagi lebih jauh soal beras dan semoga mendatangkan manfaat untukmu di rumah, ya!

Artikel terbaru