Mengenal Odading yang Viral di Media Sosial

Belakangan ini, odading jadi perbincangan seru di media sosial. Roti goreng yang mirip kue bantal ini jadi heboh karena dipromosikan dengan penuh humor oleh seorang laki-laki asal Bandung. Kudapan yang satu inipun mencuri perhatian hingga banyak orang rela antre berjam-jam untuk membelinya. Kamu sudah mencobanya?

Roti yang berbentuk persegi mengembang ini termasuk jajanan legendaris di Tatar Sunda. Kita bisa menemukannya di berbagai wilayah Jawa Barat, mulai dari Bandung, Tasikmalaya, hingga Sukabumi. Odading biasanya dijual di pinggir jalan bersama aneka pilihan gorengan lain seperti cakwe dan pisang goreng. Harganya juga dijual murah meriah. Rata-rata satunya dibanderol dengan harga mulai dari Rp 1.000 – Rp 3000 saja.

Roti goreng ini punya tekstur luar yang sedikit garing tapi lembut dan chewy di dalam. Rasanya cenderung manis tapi ada sensasi gurih yang berasal dari telur. Sekilas, adonannya mirip dengan cakwe. Namun, cakwe memiliki cita rasa yang lebih asin dan tekstur yang lebih mengembang karena mengandung baking soda yang lebih banyak.

Bahan utama odading

Bahan utamanya bisa dibilang sederhana, terdiri dari tepung terigu, telur, gula pasir, dan sedikit baking soda. Namun, resepnya bisa jadi berbeda di setiap daerah. Misalnya di daerah Subang, odading kerap dicampur dengan tape tanpa tambahan baking soda, hingga bentuknya lebih bantat tapi rasanya lebih legit. Di Bandung, ada juga yang menambahkan adonannya dengan pisang sehingga rasanya juga lebih manis.

Sementara itu di bagian luar, kita juga bisa menemukan odading yang polos dan ada pula yang ditaburi wijen. Penaburan wijen di atas roti goreng ini tak hanya membuatnya terlihat lebih cantik, tapi juga memberikan sensasi gurih dan renyah ketika digigit.

Sejarah odading

Ada cerita lucu di balik penamaan roti goreng ini. Kabarnya, nama ini berasal dari keluarga Belanda yang tinggal di Indonesia. Suatu hari, anak dari keluarga tersebut ingin membeli kue yang dijual oleh pribumi. Ia menunjuk-nunjuk kue tersebut, dan sang Ibu pun bertanya, “Oh, that thing?”, yang kemudian didengar oleh pribumi sebagai “odading”.

Cerita ini jelas masih belum jelas kebenarannya dan sumbernya. Meskipun demikian, kisah “oh that thing” jadi perbincangan lucu yang mengalir dari mulut ke mulut dari dulu hingga sekarang.

Selain cerita anak Belanda tersebut, sumber lain mengungkap bahwa odading dan cakwe berasal dari pendatang dari Tionghoa. Kudapan ini kemudian didagangkan oleh pribumi sehingga populer. Tak heran, jika odading sering hadir di acara Pecinan atau pasar malam. Tak hanya di Jawa Barat, makanan serupa bisa ditemukan di daerah lain. Contohnya saja kue bolang baling di Semarang atau galundeng di Yogyakarta yang memiliki bentuk mirip. Esensinya tetap roti goreng yang dibuat dengan bahan sederhana, tapi dengan bentuk yang sedikit lebih bulat.

Kita juga bisa menemukan roti goreng serupa di Solo dengan nama gembukan dan kue bohong di Medan. Di Jakarta, kita mengenal roti goreng sejenis ini dengan nama kue bantal. Penamaan yang berbeda tapi merujuk pada makanan serupa ini memang kerap terjadi di Indonesia. Kalau di daerahmu, namanya apa?

Aneka kreasi odading

Punya rasa yang cenderung plain membuat odading bisa kita kreasikan agar lebih kekinian. Misalnya saja dengan menambahkan isian cokelat atau keju di bagian dalamnya. Selain itu, penambahan topping juga bisa jadi ide menarik. Ada penjual di Bandung yang menyajikan aneka topping berupa vla di atas odading seperti topping green tea, taro, dan stroberi.

Selain membuat rasa jadi lebih kaya, aneka topping ini juga bisa jadi ide menarik ya untuk berbisnis rumahan. Kamu ada ide menarik lain? Kreasikan odading versi kamu, dan tag hasil fotonya ke Instagram @masakapahariini_id ya! Jangan lupa untuk mengintip resep camilan lezat lainnya di Masak Apa Hari Ini, seperti resep tahu crispy dan onde-onde.